Kenali Calo PNS yang Meminta Uang

KABAR KITO - KERINCI - Tingginya minat warga kerinci untuk menjadi PNS di manfaatkan oleh orang lain seperti Pelaku penipuan tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk tenaga honorer kategori II, yang mencatut nama Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kerinci, Evron Edison, rupanya masih bergentayangan. Calo CPNS itu meminta korban membayar uang sebesar Rp 9,5 juta, agar bisa diangkat menjadi PNS.
Aksi pelaku tergolong nekat, karena sehari sebelumnya, seperti diberitakan Tribun, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kerinci Evron Edison menegaskan penelepon gelap yang mengatasnamakan dirinya adalah penipu. Bahkan Edison sendiri pernah menelepon orang yang mengaku sebagai Edison. Alhasil saat ditelepon Edison, penipu itu langsung menutup teleponnya. Hal tersebut diketahui, saat Tribun mencoba melakukan penelusuran, dengan menghubungi nomor pelaku di 081380581***. Saya adalah Kepala BKD Kerinci Evron Edison,” katanya kepada Tribun melalui sambungan telepon, Rabu (30/1/2013).
Sebelum menjawab pertanyaan Tribun, pelaku sempat mengajukan beberapa pertanyaan, seolah menyelidi apakah yang menghubunginya benar-benar tenaga honorer atau tidak. Anda honornya di sekolah mana? SD nomor berapa?” tanyanya.
Dia mengaku, memang sudah menghubungi semua kepala UPTD di Kabupaten Kerinci, untuk mencari dua tenaga honorer kategori II, yang akan diangkat menjadi PNS, dan diminta segera menyiapkan persyaratan administrasi, serta sejumlah dana yang katanya untuk pusat.
Saya memang sudah minta kepada Kepala UPTD Danau Kerinci, Bustami Rauh, agar mencari dua orang tenaga honorer, untuk diangkat jadi PNS. Untuk Danau Kerinci jatahnya dua orang, dan penyetoran berkas terakhir besok (Kamis.red),” ujarnya. Tribun kepada pelaku mengaku bernama Hendri, pegawai honor di sebuah SD di Kecamatan Danau Kerinci.
Meski kedengarannya bahasa yang digunakan pelaku bukan logat Kerinci, pencatut nama Kepala BKD Kerinci tersebut, cukup mengenal pejabat-pejabat yang ada di Kerinci. Bahkan, pelaku sempat menyebutkan nama beberapa kepala UPTD.
”Kalau Hendri sudah menerima telepon dari Kepala UPTD, tentunya sudah mengetahui apa yang saya inginkan. Saya minta Hendri segera menyiapkan persyaratannya, karena saya hari ini juga akan proses ke BKN. Pengangkatannya kemungkinan akhir Januari ini,” katanya.
Persyaratan tersebut lanjutnya, yang pertama foto copy ijazah terakhir sebanyak lima lembar, pas foto warna ukuran tiga kali empat sebanyak lima lembar, SK honor terakhir sebanyak tiga lembar, serta foto copi KTP.
”Coba ulangi kembali pak Hendri, jangan sampai ada yang salah,” katanya, seolah ingin memastikan apa yang sudah disampaikannya tersebut, benar-benar dicatat dan dilengkapi sesuai dengan permintaannya. Pelaku pun kembali menyebutkan persyaratan yang diinginkan.
”Sekarang pak Hendri umur berapa, dan honor sejak kapan,” tanyanya lagi. Setelah mengetahui calon korbannya berumur 29 tahun dan sudah honor sejak tahun 2005 lalu, pelaku kemudian mengatakan.
Untuk memancing pelaku menyebutkan nominal uang yang diinginkannya, kepada pelaku Tribun mencoba menanyakan apakah ada persyaratan lain atau tidak, mengingat tenaga honorer yang ikut tes cukup banyak, dan khawatir nanti tidak akan lulus.
”Semuanya sudah saya serahkan kepada pak Bustami Rauh yang memilihnya. Kalau saya sudah masukkan nama pak Hendri, saya jamin 100 persen sudah pasti masuk (Lulus PNS.red). Pak Hendri kan sudah menghubungi saya. Yang kita pilihkan yang mengabdinya sudah lama. Kemarin saya sudah perintahkan agar Pak Bustami yang mencarinya,” terangnya.
Dia mengaku, jatah yang dimintanya tersebut merupakan jatah dari pusat, dan SK-nya nanti juga dari pusat. ”Saya lihat rincian biayanya dari pusat sebesar Rp 9,5 juta, karena setornya nanti langsung ke bendahara BKN,” katanya.
Dana tersebut, ditransfer lewat rekening bank. Setelah uangnya di transfer, semua berkasnya langsung diantarkan ke BKD. Mendengar permintaan pelaku, Tribun mencoba meminta agar dana tersebut bisa dikurangi, dengan alasan tidak punya uang sebanyak itu.
”Kalau memang uangnya hari ini kurang, transfer saja sebesar Rp 5,5 juta dulu. Sisanya baru ditransfer lagi besok. Ini memang sudah permintaan pusat, dan tidak bisa dikurangi lagi,” sebutnya.
Kemudian, pelaku meminta Tribun untuk mencatat nomor rekening, dan nantinya dana tersebut akan dikirim lewat nomor rekening itu. ”Catat dulu, nanti saya akan SMS lagi. 118801002376501, atas nama bendahara BKN pusat, nama Ibu Ria Mustika, melalui bank BRI. Nanti saat transfer, tidak perlu lagi menulis bendahara BKN,” jelas pelaku.
Dia pun meminta Tribun kembali menyebutkan nomor rekening tersebut. ”Bukti pembayarannya antarkan ke saya pukul tiga sore ini,” katanya. Kepada pelaku, Tribun meminta agar dana tersebut ditransfer sekitar pukul 14.00 WIB, karena ingin mencari tempat meminjam uang terlebih dahulu. Dan akhir pelaku pun setuju

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama