Sebagai seorang guru, saya harus siap
dengan kurikulum baru. Walaupun saya tahu, informasi tentang kurikulum
baru masih minim. Seperti Jokowi yang harus siap Jakarta dilanda banjir
dan macet.
Saya terus mencari informasi. Baik
melalui internet atau media cetak. Namun, semakin banyak membaca
informasi baru tentang kurikulum 2013, saya justru semakin bingung.
Lebih bingung lagi, karena mata pelajaran yang saya ajarkan tak ada lagi
di kurikulum baru. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk SMP
dihilangkan dalam kurikulum baru.
Antara Sedih dan Senang.
Ada yang senang kurikulum berganti baru.
Ada pula yang sedih karena mata pelajarannya tak ada di kurikulum baru.
Pemerintah pasti punya solusi jitu mengatasinya. Guru mata pelajaran TIK
harus difungsikan sebagai apa? Belum jelas beritanya! Kami hanya
diminta sabar saja menunggu.
Baru saja kami senang karena lulus
sertifikasi guru. Kami mendapatkan selembar sertifikat sebagai guru
profesional mata pelajaran TIK di SMP. Kamipun harus mengajar 24 jam
agar mendapatkan tunjangan sertifikasi guru. Beberapa tahun kemudian,
kami juga diikutkan dalam uji kompetensi guru (UKG). Alhamdulillah, saya
lulus dengan nilai 75. Hebat khan?
Kesenangan itu hanya sementara saja.
Kesenangan itu kita berubah menjadi kesedihan. Kurikulum baru
menghilangkan mata pelajaran kami. TIK terintegrasi dalam semua mata
pelajaran. TIK dihilangkan karena mata pelajaran ini dianggap tidak
begitu berpengaruh terhadap potensi siswa. Sedangkan matematika dan IPA
masih menjadi mata pelajaran primadona di sekolah kita. Seolah-olah
hanya matematika dan IPA saja yang membuat anak menjadi cerdas dan
memiliki potensi tinggi. Akh, ini hanya guyonan saja! Semoga matematikan
dan IPA tidak dihapus pelajarannya dalam kurikulum kita. Disukai
peserta didik dan membuat mereka cerdas dengan guru yang asyik dan
menyenangkan.
Setiap hari saya dapat sms tentang
kurikulum baru di ponsel jadul saya. Tapi saya justru bingung. Masih
belum tahu cara mengimplementasikan kurikulum baru. Segudang tanya tak
terjawab. Saya mencoba bertanya kepada ahlinya. Seminar tentang
kurikulum 2013 saya ikuti dengan biaya sendiri. Saya ingin sekali
mendapatkan informasi yang jelas tentang kurikulum baru.
Saya mencoba memahami esensi kurikulum
baru. Rupanya, kurikulum baru adalah pengembangan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang disempurnakan. Sayapun harus bersegera
mengucapkan, “Selamat tinggal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Artikel pak mendikbud RI, M Nuh di koran
Kompas saya baca berkali-kali. Saya mencoba memahami pola berpikir
beliau. Saya coba memahaminya dengan pandangan seorang guru. Bukan
pandangan seorang guru besar yang terkadang sulit untuk
diimplementasikan. Pintar dalam tatanan konsep, tapi miskin aplikasi.
Baca dan terus membaca. Tetapi sayangnya,
saya belum paham juga. Semoga saya bukanlah termasuk guru yang “telmi”,
dan “bolot”. Guru yang telat mikirnya, dan tak pernah nyambung dengan
apa yang didengarnya. Masih ingat dengan pak Bolot? Seorang pelawak yang
kupingnya budeg dan jenaka. Mungkin anda pernah melihatnya di televisi.
Semoga guru Indonesia bukanlah orang yang
budeg dan senang ditertawakan. Guru adalah pekerja profesional yang
bekerja dan mendidik dengan hati. Bukan seorang pelawak yang bekerja
untuk menghibur orang lain. Guru haruslah orang yang merdeka dan kritis
dengan keadaan sekitarnya. Guru harus berubah, dan tidak boleh lagi
hanya menjadi obyek para penguasa.
Kurikulum baru di mata seorang guru
seharusnya disambut dengan kegembiraan. Bukan dengan kesedihan atau
kebingungan. Kurikulum baru tak boleh dipaksakan, apalagi dibuat dengan
cara yang tergesa-gesa. Orang dari dalam kemendikbud sendiri yang
mengatakannya. Nampaknya mereka belum satu suara untuk menjelaskan
kepada publik.
Walaupun ada bantahan dari sang penguasa,
tetap saja kurikulum baru tak menggembirakan. Mungkin, kurikulum baru
ini hanya menggembirakan sang penguasa saja, karena dana yang
digeleontorkan lebih dari 2,4 Trilyun. Bukankah ini seharusnya
menggembirakan? Menggembirakan sang penguasa, tapi bukan bagi guru.
Sebab kami yakin dan percaya, apapun kurikulumnya, guru profesional
kuncinya.
Salam Blogger Persahabatan
Oleh: Mayardi
إرسال تعليق